Pramoedya Ananta Toer

"kau pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, pribumi itu, tidak terpelajar, kau harus bikin mereka jadi terpelajar. Kau harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan bahasa yang mereka tahu"

Kamis, 06 Februari 2014

Disiplin sebagai keterampilan sosial

Kedisiplinan, tema penting yang terus dibicarakan berulang-ulang, seakan tidak menemukan rumusan terbaik untuk menjawab segenap persoalan terkait kedisiplinan. Ini merupakan modal penting, kedisiplinan adalah modal sosial dan dari kedisiplinanlah masyarakat dapat menempatkan kepercayaan.

Menemui seorang pedagang yang tidak disiplin, dimana ia seringkali menipu para pembelinya adalah hal yang tidak menyenangkan, pedagang apapun, dan kali ini saya temui seorang pedagang batu yang entah mengapa ia menjamin "keaslian" pada potongan kaca yang dipoles menyerupai batu amatis. Pun sering juga menemui perilaku sejenis dalam situasi jual-beli dalam bentuk apapun.

ketidak pedulian terhadap lingkungan sosial, atau bahkan kekebalan terhadap sanksi sosial adalah bentuk hilangnya tanggung jawab. Saya teringat film Tarzan, seorang manusia yang terbuang dari peradaban, bertahan seorang diri ditengah hutan belantara. Dalam kisahnya, Tarzan mampu beradaptasi tanpa merusak lingkungannya, dari sini saya berpikir bahwa Tarzan ini mampu beradaptasi dengan memberi batasan terhadap dirinya sendiri, mau dan mampu mengatur dirinya sendiri. Apa jadinya jika Tarzan tidak mau mengatur dirinya sendiri, serakah sebagaimana umumnya manusia saat ini? Mungkin saja ia akan makan gajah, singa, gorila dan dia bantai monyet lalu membakar hutan. Rusak sudah lingkungan.

Sama seperti seorang siswa/pelajar, dikemudian hari ia akan kembali kepada masyarakat, hidup dilingkungan masyarakat, pertanyaannya kemudian mampukah ia beradaptasi dengan lingkungan? Jika tidak, maka sebagaimana Tarzan apabila tidak mau dan tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan, jadilah dia perusak lingkungan sosial. Dari narkoba, prostitusi hingga perilaku anti sosial lainnya.

Kesemuanya itu terkait dengan kemauan dan kemampuan untuk mengendalikan diri, mendisiplinkan diri tentunya. Tentu juga perlu untuk dilatih, dibiasakan.

Tingginya nilai akademik tidak akan bermanfaat tanpa diimbangi dengan kedisiplinan (kemauan dan kemampuan untuk mengendalikan diri) sebab inilah keterampilan sosial, dalam kehidupan bermasyarakat sangat dibutuhkan keterampilan sosial daripada angka-angka yang mentereng didalam buku rapor.

Sebagaimana saya katakan kepada para pelajar SMP tiap kali mengawali pertemuan "melatih kedisiplinan itu sebenarnya mudah, kedisiplinan itu terkait dengan meletakkan atau menempatkan segala sesuatunya, termasuk menempatkan diri sendiri dengan tepat dan benar"

Kemudian saya lakukan simulasi dengan menggunakan dasi/topi, meletakkan topi/dasi disaku adalah tidak tepat dan tidak benar, kemudian meletakkan dasi/topi dipundak juga tidak tepat dan tidak benar. mengikatkan dasi dikepala sungguh sangat keterlaluan. Dasi letaknya dileher tapi belum tentu benar sebagaimana topi yang letaknya dikepala, jika topi diletakkan dikepala tapi dengan posisi miring atau terbalik adalah belum benar, maka moncong topi harus berada mengarah kedepan, itu baru tepat dan benar.

Nah, bagaimana dengan menempatkan diri dengan tepat dan benar, mudah tapi butuh kesadaran diri yang cukup tinggi, berangkat sekolah dan berseragam tapi duduk diwarung kopi atau warung internet adalah tidak tepat dan tidak benar, berseragam lalu masuk kesekolah tapi nongkrong di kantin pas jam pelajaran adalah belum benar. Jadi tepat dan benar jika pelajar berseragam ada di kelas mengikuti pelajaran pas jam pelajaran.

Gurunya pun juga kudu begitu, bukannya nongkrong-ngobrol sekedar menambah durasi jam kosong yang sebenarnya memberi peluang bagi pelajar untuk mengembangkan sikap anti sosialnya, sebab pelajar ini juga punya tipikal untuk selalu bereksperimen, kenakalan-kenakalan dari yang wajar hingga yang kurang ajar seringkali diawali dari obrolan senggang sekedar untuk mengisi waktu luang. Bukankah pelajar juga lebih suka memperhatikan daripada menghafal? Maka guru jangan sampai anti sosial.

Ya ini tulisan hanya sekedar tulisan, niat hati ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan, bila bermanfaat atau bahkan solusi dalam memecah kebuntuan ya saya sangat bersyukur, jikapun malah bikin marah atau dongkol orang ya saya mohonkan maaf, toh semua ini hanyalah untuk menemukan Indonesia... Indonesia yang sedang kita cari... salam merdeka.