Lebih baik mengajak untuk mengenal aturan daripada memaksa untuk tunduk-patuh. Memaksa untuk tunduk-patuh prosesnya selalu kekerasan, bisa kekerasan
fisik bisa kekerasan verbal, ini harus dihindari sebab memanusiakan
manusia jauh lebih penting daripada 'merobotkan'~mengasingkan manusia
terhadap kemanusiaannya
Jadi bukan masalah ada HAM atau tidak, mengajak untuk mengenal "bagaimana" manusia yang beradab itu tidak melanggar HAM pun juga tidak melanggar ketentuan beragama. Sebaliknya, mengasingkan manusia terhadap kemanusiaannya adalah pelanggaran berat
Jadi bukan masalah ada HAM atau tidak, mengajak untuk mengenal "bagaimana" manusia yang beradab itu tidak melanggar HAM pun juga tidak melanggar ketentuan beragama. Sebaliknya, mengasingkan manusia terhadap kemanusiaannya adalah pelanggaran berat
Kesadaran bahwa manusia itu makhluk unik dalam kehidupan sosialnya yang
terus berubah, akan terus berubah. Ini lebih berperikemanusiaan
daripada membuat orang perorang tunduk-patuh, ketertundukkan malah bukan
sebuah kesadaran bahwa manusia itu makhluk unik yang berpikir tentu ini bukan hanya tugas orang tua dan guru, ini juga tugas masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang berperikemanusiaan
Dan bukankah HAM tercetus karena kemanusiaan terusik? Bangsa ini sudah menemukan rumusan HAMnya sendiri, HAM yang pelaksanaannya terbatas oleh aturan-aturan. Toh aturan-aturan itu juga untuk menjaga kesadaran manusia terhadap kemanusiaannya, menerabas aturan-aturan yang ada bisa berarti tindakan yang tidak berperikemanusiaan
Bahkan dalam hal ini gagasan-gagasan Paulo Freire yang sering dikatakan banyak orang tidak dapat dikembangkan dalam pendidikan kewarganegaraan dapat dibantah, sebab seharusnya dengan HAM ala Indonesia ini pendidikan kewarganegaraan bukan lagi doktrin-doktrin. Pendidikan kewarganegaraan bisa merupakan riset-riset
Sekali lagi mengajak untuk mengenal aturan-aturan itu lebih penting daripada memaksa untuk tunduk-patuh, sebab dengan membiasakan orang perorang dalam 'paksaan-paksaan' untuk tunduk bahkan dalam ketertundukkan sama halnya membiasakan orang perorang untuk melupakan kemanusiaannya. Kehilangan kemanusiaan adalah keberingasan. Salam
Dan bukankah HAM tercetus karena kemanusiaan terusik? Bangsa ini sudah menemukan rumusan HAMnya sendiri, HAM yang pelaksanaannya terbatas oleh aturan-aturan. Toh aturan-aturan itu juga untuk menjaga kesadaran manusia terhadap kemanusiaannya, menerabas aturan-aturan yang ada bisa berarti tindakan yang tidak berperikemanusiaan
Bahkan dalam hal ini gagasan-gagasan Paulo Freire yang sering dikatakan banyak orang tidak dapat dikembangkan dalam pendidikan kewarganegaraan dapat dibantah, sebab seharusnya dengan HAM ala Indonesia ini pendidikan kewarganegaraan bukan lagi doktrin-doktrin. Pendidikan kewarganegaraan bisa merupakan riset-riset
Sekali lagi mengajak untuk mengenal aturan-aturan itu lebih penting daripada memaksa untuk tunduk-patuh, sebab dengan membiasakan orang perorang dalam 'paksaan-paksaan' untuk tunduk bahkan dalam ketertundukkan sama halnya membiasakan orang perorang untuk melupakan kemanusiaannya. Kehilangan kemanusiaan adalah keberingasan. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar