Pramoedya Ananta Toer

"kau pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, pribumi itu, tidak terpelajar, kau harus bikin mereka jadi terpelajar. Kau harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan bahasa yang mereka tahu"

Rabu, 06 Februari 2013

Berdaulat dalam beribadah

Masih pagi, belum juga ada inspirasi, saya masih di rumah dan belum sempat membaca, hanya sekilas tadi judul head line news harian Surya "ibu-ibu mulai memburu permen libido" yang memunculkan keheranan: narkoba dilarang, ganja dilarang nah yang seperti itu (permen libido) malah digemari, aneh.

Di JTV tadi juga sempat mendengar ceramah agama, ustadhnya perempuan dan saya tidak tahu namanya, tapi sepertinya dia akrab dipanggil "Nyai". Sepertinya tadi sedang membahas bisnis, perimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, ada ulasan menarik tadi, sekilas saja saya dengar. Berdasarkan hadis, Rasulullah pernah berkata "bekerjalah seakan-akan kau akan hidup selamanya, beribadalah seakan-akan kau akan segera mati" kurang lebihnya seperti itu.

Menurut Nyai tadi orang harus bekerja untuk akhiratnya, dan urusan dunia juga penting karena menunjang orientasi "keakhiratan" tadi. Sederhananya lewat sudut pandang saya adalah "berdaulat dalam beribadah", berdaulat tanpa tekanan dan pamrih tentunya. Berat.
..................................................................................................................................
14.02
Ibadah disini bermakna luas, tidak hanya sekedar melakukan sholat dan berdoa, sholat itu kewajiban sedang ibadah lebih luas lagi yaitu setiap gerak dan ucap adalah ibadah, seperti yang ada disekitar kita saat ini, kupu-kupu melayang, bunga-bunga menebar harum, angin berhembus dan guyuran sinar mentari yang menyengat, semua adalah bahasa-nyanyian-pujian kepada Sang Khalik.

Semua terjadi tanpa adanya paksaan, berdaulat mengingat serta bersyukur kehadirat Allah SWT. Pun juga dengan apa yang kita kerjakan, hendaknya kita selalu mengingat dan bersyukur, bekerja bukan semata untuk bertahan hidup, bergerak dan berucap hanyalah tindakan, bentuk lain dari cara untuk mengingat dan bersyukur, sebagaimana ikan yang selalu berenang, jangkrik yang selalu mengerik untuk mengisi kesunyian, dan bahkan kesunyian itu sendiri adalah cara alam raya ini mengingat dan bersyukur.

Nikmatnya secangkir kopi dan sebatang rokok hari ini adalah anugerah, Allah memberikan segalanya agar manusia bersyukur, manusia beraktivitas adalah untuk mensyukuri nikmat hidup yang Allah berikan, inilah kedaulatan.

Mungkin orang akan bertanya "bagaimana dengan mereka yang tertindas?" Tentunya dalam penindasan tidak ada kedaulatan, serba dipaksa dalam bayang ketakutan. Tapi siapa yang dapat memaksa keyakinan orang yang tertanam kuat dihatinya keyakinan atas kebenaran yang bahkan tersembunyi dalam jiwanya? Tidak ada. Misalnya ketika tiba-tiba saja pemerintahan negeri ini berubah jadi atheis dan melarang orang untuk beragama dengan ancaman pembinasaan, misalnya, tentu orang boleh takut tapi tidak untuk meninggalkan rasa syukur yang mungkin hanya dapat ia lakukan dalam hati. Tidak ada takut untuk itu.
.......................................................................................................................................
19.55
Ketertindasan adalah bentuk dari suatu krisis sosial, bentuk lanjutannya adalah krisis moral. Krisis sosial terjadi karena "penumpukan harta" kalau tidak ingin dibilang kerakusan yang berakibat pada ketimpangan. Penumpukkan kekayaan yang berlebih-lebihan sehingga menyebabkan kebangkrutan sosial.

Saya tidak sedang bermain teori, saya hanya belajar dari sejarah, terutama sekali sejarah Islam yang sejak kehadirannya membawa perubahan (revolusi) yang tidak hanya bagi bangsa Arab, tapi lebih universal.

Perubahan yang dibawa oleh Islam lewat Rasulullah SAW. ini tentunya juga mendapat tentangan dari berbagai pihak yang merasa telah mapan dan diuntungkan dengan sistem yang lama, patut dicatat bahwa kaum hartawan Makah waktu itu bukan tidak mau menerima ajaran-ajaran keagamaan Nabi, tetapi yang merisaukan mereka adalah implikasi-implikasi sosial-ekonomi dari risalah Nabi.

Islam membawa perubahan, membebaskan manusia dari keterikatan (belenggu) duniawi, kecintaan berlebih terhadap dunia pada dasarnya telah menindas manusia. Pun bukan berarti menuntut manusia untuk jadi seorang pertapa yang menjauhi hal-hal duniawi, ingat: setiap aktivitas hendaklah merupakan wujud syukur tanpa pamrih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar