Membuka gambar peta wilayah Indonesia, ada pertanyaan "adakah suatu saat saya dapat menjelajahinya untuk menemukan gambaran nyata kebangsaan yang dicita-citakan? Atau bahkan mungkin keluar dari garis teritorialnya? Atau sekedar duduk-diam membaca literatur (yang) ala kadarnya?".
Selama ini memang seperti itu, saya hanya duduk membaca tiap catatan yang ditulis oleh orang-orang terkenal sembari bercermin pada kondisi lingkungan~kali ini saya sertakan permohonan maaf kepada sebentuk lingkungan yang menyimpan "gemuruh badai" dalam kedamaiannya: Huize Weltevreden, selama ini tempat itu memang jadi bahan pengamatan saya, jadi objek refleksi yang selalu menyediakan inspirasi untuk tulisan saya. Maaf.
Bagaimana tidak, tipikal orde baru masih terpelihara disana, sedangkan feodalisme dan kolonialisme juga masih ada dalam masyarakat. Salah satu tujuan proklamasi 17 Agustus 1945 adalah untuk menghapus hal tersebut, gagal dan tambah terpuruk dijaman ORBA, karakter bangsa semakin tidak jelas akibat regim hegemonik yang memaksakan penafsiran tunggal pancasila tersebut kepada masyarakat.
Sungguh sangat mengherankan awalnya bagi saya dengan kondisi semacam itu, tapi setelah menemukan fakta-fakta yang ada yang terefleksikan dari tingkah laku dan kondisi lingkungan pengamatan saya maka saya tidak heran, bahkan muncul keinginan bertahan untuk sekedar melawan.
Dari yang saya baca, pemerintahan orba adalah eranya developmentalisme-belum saya temukan penjelasan yang pasti akan hal ini selain saya ketahui "pembangunan" yang dilaksanakan pada masa itu orientasinya hanya pada pembangunan fisik atas dasar kepentingan penguasa, pembangunan mental-spiritual sama sekali tidak tersentuh kecuali kedisiplinan yang atas dasar ancaman, meskipun memang terdapat upaya untuk membangun karakteristik kebangsaan yaitu melalui P4 tapi pada dasarnya hanya sekedar hegemoni, sekedar penafsiran yang dipaksakan tanpa ada ruang dialog untuk proses penyempurnaan etika-estetika. Analoginya seperti seorang anak yang sedang terlihat belajar karena takut dengan gurunya yang sedang mengawasi sembari membawa AK 47.
Kontradiktif dengan apa yang saya yakini selama ini, pemimpin yang baik akan muncul dari masyarakat yang baik pula. Terkait dengan kepemimpinan sebagaimana yang ditulis lewat status facebook oleh teman saya Anindito Dh Armando "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar