Sabtu sore, menyempatkan diri untuk jalan-jalan, bagian selatan Kota Malang hujan cukup deras, jalanan macet jadinya mampir ke warung milik teman, kebetulan juga lagi memutar video buatan Harun Yahya, judulnya "Sejarah Berdarah Fasisme".
Pakai layar ukuran medium, saya pesen kopi dan beberapa orang membentuk grup masing-masing, ada sekitar tiga grup berdasarkan meja disini dan hanya saya yang tidak punya grup, teman saya yang punya warung pun gagal saya temui, mungkin sedang ada keperluan penting hari ini.
Video "Sejarah Berdarah Fasisme" ini sebenarnya sudah pernah saya tonton, berkali-kali lewat monitor komputer di rumah, sampai hafal. Pertama yang diulas adalah asal-usul fasisme, dari Spartan dan berkembang pesat sejak perang dunia I, dikatakan ideologi yang mengagungkan perang dan terpengaruh oleh Darwinisme. Berlanjut pada perang dunia II dan letak dari kebiadaban fasisme, serta tidak lupa ciri khas dari Harun Yahya ini adalah mengupas ayat-ayat Al Quran.
Tentu seperti itu, fasisme adalah bentuk lebih lanjut dari Darwinisme. Manusia unggul sebagaimana disebut oleh Friedrich Nietzsche dalam Zarathutra, adalah manusia atas dasar ras terpilih yang mengungguli ras manusia yang lain dalam proses evolusi, proses evolusi tak lain adalah arena pertarungan makhluk hidup dalam sebuah kompetisi abadi yang sekaligus upayanya dalam menaklukkan alam.
Kebanggaan berlebihan terhadap bangsa adalah gambaran dari fasisme, sebab sudah pasti juga akan merendahkan bangsa yang lain. Fasis percaya bahwa bangsa memerlukan kepemimpinan yang kuat, identitas
kolektif tunggal, dan akan dan kemampuan untuk melakukan kekerasan dan
berperang untuk menjaga bangsa yang kuat. Meski logikanya memang untuk membuktikan kebangkitan suatu bangsa adalah dengan perang.
Yang menarik adalah obrolan di kiri-kanan saya, sama-sama menghujat fasisme, yang dikiri membandingkan dengan kehadiran yajuj dan majuj-kisah mengenai kelompok manusia yang bakal membuat kerusakan besar di muka Bumi, dan sepertinya mereka (grup yang dikiri saya) ingin menghalangi kehadiran yajuj dan majuj. Sedang dikanan memberi perbandingan bangsa fasis dalam video tersebut dengan orang Jawa, dan sepertinya mereka juga fasis, lebih mengunggulkan Jawa dari bangsa manapun.
Tentang yajuj dan majuj sebenarnya saya tidak begitu memahami persoalan ini, hanya sekilas-sekilas yang saya tahu, bahwa yajuj dan majuj adalah bangsa yang suka perang dan berkelahi, mereka adalah bala tentara dajjal dan merupakan tanda ke delapan dari hari kiamat. Yajuj dan majuj dikurung diantara dua bukit yang tertutup oleh dinding tembaga bikinan Nabi Zulkarnaen, sebagai tanda datangnya kiamat, berarti kehadiran yajuj dan majuj adalah suatu ketetapan dari Yang Maha Kuasa yang tidak mungkin untuk dihindari, apalagi dihalang-halangi.
Mengenai gambaran kehadiran yajuj dan majuj sendiri saya pahami (diluar setuju atau tidak dan benar atau tidak) adalah ketika bangsa Mongol yang datang dan menghancurkan Baghdad, hal ini terjadi lantaran kebencian terhadap umat Islam. Dendam tahunan akibat wilayah Persia ditaklukkan oleh pasukan muslim pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab. Atau tentang kehadiran Vasco Da Gama yang mengawali sejarah kolonialisme, bahkan mungkin tentang sepak terjang Amerika Serikat dengan sekutunya yang secara serampangan menerapkan politik "name calling" untuk menuduh musuh-musuhnya sebagai teroris yang anti demokrasi dan kemudian menggempur habis-habisan.
Perang dunia pertama dan kedua juga (dari sudut pandang saya) adalah pertunjukkan yang mengerikan dari kehadiran yajuj dan majuj. Yang pasti, kehadirannya adalah suatu ketetapan yang tidak mungkin untuk dihalangi. Persiapan mental untuk menghadapi pengadilan terakhir adalah hal utama daripada bersiap perang sama kawanan yajuj dan majuj.
Tentang keunggulan orang Jawa, sudah pasti tidak akan ada kesepakatan, saya pada posisi menolak hal tersebut sebab saya lebih meyakini bahwa manusia itu diciptakan sederajat, tidak kurang juga tidak lebih, kalau tidak percaya silahkan baca Surah Al-Hujuraat: 13 dan Al-Furqaan: 54, sekalian juga Surah At Tiin. Untuk penjelasannya saya rasa saya tidak memiliki kewenangan untuk menjelaskannya. Sementara saya mempersiapkan diri untuk besok (besok akan jadi hari teristimewa buat saya), kita renungi manusia dalam kemanusiaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar