Pramoedya Ananta Toer

"kau pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, pribumi itu, tidak terpelajar, kau harus bikin mereka jadi terpelajar. Kau harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan bahasa yang mereka tahu"

Kamis, 07 Februari 2013

Lingkungan dari calon pemimpin

Kebosanan adalah racun, sangat mematikan dan sedang saya alami pagi ini. Saya tidak begitu mengerti dengan negeri ini, tiap-tiap anak pesta mendapatkan pembelaan yang berlebih, bandit-bandit dimaafkan tanpa ada penjelasan.

Di tempat ini pun saya merasakan hal yang demikian~kesepakatan diam antara penguasa untuk mendominasi kepentingan, beberapa orang terlihat takut memperlihatkan matanya, beberapa lagi gemar berbicara di tempat-tempat tersembunyi dan beberapa yang lain dan beberapa yang lain menutupi keadaan dengan candaan.

Saya tidak sedang hanya membicarakan Huize Weltevreden (tempat favorit kita untuk mengkritik), tapi Indonesia dan manusia keseluruhan, hanya saja Huize Weltevreden telah menampilkan segalanya secara gamblang-tanpa malu-malu. Saya mengawasi dari tempat sunyi dan paling tersembunyi: hati.

Nietzsche pernah menulis "setiap orang yang menginginkan kemuliaan mundur secara terhormat pada saat yang baik dan pergi pada saatnya" atau bahasa sederhanya: tinggalkan kesan yang baik pada tempat-tempat yang sedang kau singgahi dan hendak kau tinggal pergi. Inilah alasan saya bertahan ditempat yang sedemikian ini, saya bertahan sebab saya sedang menunggu penjelasan dari beberapa orang didalamnya, saya tidak ingin meninggalkan kesan yang buruk di tempat ini meskipun beberapa orangnya telah memperlakukan saya secara buruk, dan inilah yang harus mereka jelaskan kepada saya.

Tidak begitu mengerti bahkan tidak begitu peduli dengan persangkaan ataupun kebiasaan yang ada disini, saya hanya menunggu penjelasan dari setiap perlakuan. Dan saya tidak akan lagi berpikir tentang perubahan di tempat ini.
......................................................................................................................
Nietzsche: "tidak ada kemalangan paling sengsara sepanjang takdir manusia, kecuali ketika para penguasa di dunia tidak menjadi manusia unggul. Jika itu terjadi, maka segalanya menjadi palsu, miring dan mengerikan". Bukan tanpa alasan saya ambil kutipan ini, sementara keyakinan saya masih tetap yaitu masyarakat yang baik akan melahirkan pemimpin yang baik, dimana lingkungan masyarakat akan membentuk watak seorang pemimpin, masyarakat harus mampu dan mau suatu lingkungan yang kondusif untuk mendidik calon-calon pemimpin, bukan calon maling dengan mempertontonkan keteladanan yang "miring".

Tidak dapat dibayangkan ketika para calon pemimpin nantinya adalah sama seperti manusia kebanyakan, terasing dari kemanusiaannya atau lebih parah lagi adalah sosok-sosok yang menaruh kecintaan terhadap dunia secara berlebihan. Kita juga tidak mengharapkan kehadiran seorang pemimpin yang menghendaki ketertundukkan kita, kita hanya akan tunduk-takluk kepada Sang Pencipta Yang Maha Hidup dan Maha Memelihara.

"(yaitu) ketika orang-orang yang diikuti (pemimpin) itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka." Al Baqarah 166-167.

Bagaimana telah digambarkan dengan sangat jelas bahwa hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin bukanlah semata-mata hubungan duniawi yang bersifat terbatas dan sementara, tapi juga berlangsung hingga hari akhirat nanti. Pun hadirnya pemimpin yang tidak berkhianat adalah juga terkait dengan upaya masyarakat dalam membentuk lingkungan yang kondusif bagi generasinya untuk belajar. Lingkungan yang memungkinkan bagi lahirnya seorang pemimpin yang diharapkan.

Memanglah hadirnya seorang pemimpin adalah proses dari seleksi alam sekaligus oleh dinamika yang terjadi, masyarakat yang berkualitas akan berupaya membangun suatu lingkungan yang berkualitas dan dengan begitu akan muncul pemimpin yang berkualitas. Sebaliknya, pada lingkungan yang buruk hanya akan terjadi seleksi atau pertarungan orang-orang yang buruk. Sebagaimana juga telah disebutkan dalam Al-Quran:

"Sekiranya penduduk suatu negeri itu beriman dan bertakwa, niscaya Kami buka pintu barakah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (kebenaran Allah), maka kami timpakan kepada mereka azab disebabkan oleh perilaku mereka sendiri" Al- Araaf (7): 96.

Saya tidak sedang menyalahkan atau bahkan menghujat perilaku orang seorang, kelompok atau lingkungan tertentu, saya hanya sedang memprihatinkan suatu masyarakat negara yang sepertinya telah kehilangan cita-citanya, sedangkan jati dirinya belum pernah ditemukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar