Pramoedya Ananta Toer

"kau pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, pribumi itu, tidak terpelajar, kau harus bikin mereka jadi terpelajar. Kau harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan bahasa yang mereka tahu"

Sabtu, 05 Januari 2013

Keefiyeeh, produk budaya untuk masyarakat dunia

Mendung, hari ini ada rencana beli kain buat bikin celana, kemarin sempat browsing cari tahu jenis-jenis kain, ada beberapa jenis bahan yang sepertinya pas. Saya sama sekali tidak memiliki pengetahuan dalam hal ini, dari dulu hanya satu jenis kain yang saya hafal: jin. Bukan makhluk halus, tapi jenis kain, atau yang baru saja saya kenali nama populernya di dunia tata busana, denim.

Dari browsing kemarin juga sebenarnya sempet nyasar, ada istilah keffiyeeh, awalnya saya pikir ini salah satu jenis kain, tapi kok dibilang "khas Timur Tengah?"~nyasarnya saya perjauh, cari tahu tentang keefiyeeh ini. Yang muncul adalah gambar-gambar pejuang di Timur Tengah yang berbaur dengan beberapa model dari Eropa sedang bergaya dengan eksperimen sorban.

Memang khas masyarakat Timur Tengah yang pada dasarnya berada dalam alam yang kondisinya sulit ditaklukkan. Hingga jadi sangat populer karena menjadi ciri khas pejuang pembebasan Palestina, Yasser Arafat.

Di Palestina sendiri kain ini disebutkan merupakan perpaduan antara katun dan wol. Dengan warna-warni yang beragam yang membawa simbol tersendiri dari ciri khas daerah masing-masing, Yordania menyumbang warna khas merah-putih kotak-kotak, Yaman dan India tidak ketinggalan dengan warna-warna yang variatif dan lebih tebal dan tentunya lebih bergaya dengan tampilan "jumbai-jumbai".

Keefiyeeh merupakan simbol nasionalisme Palestina, seluruh masyarakatnya mengenakan, tentunya dengan karakter politik yang ada di negara itu, motif hitam putih jadi ciri khas Fatah, merah-putih milik PFLP atau kita kenal dengan Marxis Palestina yang kemudian malah lebih identik dengan kehadiran Hamas sebab hingga saya mengetik tulisan ini telah menghilang dari panggung politik Timur Tengah.

Dan pada dasarnya masyarakat disana tidak berlebihan dalam memperlakukan warna-warna tersebut, sebab juga dikenakan oleh mereka yang tidak memiliki simpati politik tertentu. Dalam perkembangannya juga Keefiyeeh ini diterima dan diadopsi oleh banyak bangsa di dunia, juga di Indonesia.

Di Indonesia, Keefiyeeh lebih dikenal dengan sebutan 'surban' yang pernah selain sebagai pelengkap simbol keagamaan dan kewibawaan ulama juga pernah populer dikenakan sebagai identitas dari fans salah satu grup band Indonesia, di Italia dan Inggris malah jadi bahan eksplorasi busana, dan Jerman lebih angker lagi dengan munculnya simbol-simbol nasionalisme Timur Tengah ini di lingkungan pemuda Neo Nazi yang identik rasial. Pun juga dikenakan oleh kebanyakan pemuda di dunia sebagai simbol bentuk dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina.

Keeffiyeeh atau kufiyah, atau juga kita kenal dengan istilah surban ini merupakan salah satu produk budaya yang mampu beradaptasi melintasi batas-batas wilayah bangsa-bangsa: budaya. Bahkan istilahnya sendiri kufiyah telah kita adopsi sebagai salah satu istilah dalam bahasa kita "kopyah".

Sebagaimana sapu, bersyukurlah kita hingga hari ini sebab kita dapat mengenakan-memfungsikan produk budaya tersebut tanpa harus bayar royalti kepada salah satu bangsa yang ada di dunia ini, gratis, milik bersama, disumbangkan kepada seluruh masyarakat dunia. Dengan sebab itulah mungkin suatu produk budaya menjadi sangat kuat kedudukannya dimata (masyarakat) dunia. Ya semoga saja hal-hal ini dikemudian hari tidak diklaim oleh salah satu bangsa di dunia, apalagi diklaim oleh salah satu pabrik.

Secangkir nikmat disabtu pagi... cangkir ini... produk budayanya siapa ya? Cheers.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar